Selamat Berjumpa……Selamat Berkunjung ke Blog Kami , Jangan lupa Tinggalkan Komentar Anda !!!!

Selasa, 07 September 2010

SEPANJANG JALAN KENANGAN


BAGIAN 3
Mencoba Untuk Bertahan   
Hari-hari pertama aku hidup bersama Uwak Jembo terasa sangat panjang dan melelahkan .Akibat peristiwa yang menimpa keluargaku beberapa hari yang lalu, terpaksa aku dan kakakku tidak sekolah untuk beberapa hari  sebab kepindahanku ke salah satu sekolah di desa Kanding belum ada yang mengurus,mungkin ayah belum sempat.Aktifitas harian yang biasa aku lakukanpun sangat jauh berbeda  . Biasanya aktifitas pribadiku di rumah ,masih dibantu orang tua ,menyiapkan air untuk mandi , mencuci pakaian ,mengerjakan tugas PR dan keperluar lain ,selebihnya adalah bermain bersama teman-teman . Biasanya pekerjaan itu dikerjakan oleh ibu atau ayah atau kakakku .Maklumlah anak usia 9 tahun  belum dapat mengurus semua keperluan dirinya . Sekarang kondisinya lain , aku beserta kakak dan adikku dititipkan kepada Uwak ,secara otomatis aku harus beradaptasi secara spontan dengan keluarga Uwak .Sekarang segalanya harus mengurus sendiri –sendiri ,mau bermain belum punya teman.Paling yang dapat dilakukan adalah membantu Uwak mengambil makan kambing di kebun belakang ,membersihkan lantai ,menyiapkan ranting-ranting kering untuk perapian tungkunya ,itupun hanya sebentar .Biasanya sebelum berangkat sekolah makan pagi sudah disiapkan .Namun sekarang di rumah Uwak pagi-pagi paling hanya ada singkong rebus atau goreng itu saja kalau kebetulan persediaan ada ,kalau tidak ya pagi tak ada apa-apa untuk dimakan. Tampaknya  keluarga Uwak tidak biasa makan pagi ,atau mungkin memang tak ada yang untuk dimakan.Yang terasa yangat menyedihkan adalah malam hari .Rumah Uwak kecil biliknya hanya ada satu ,sisa ruang lain untuk dapur ,dan ruang lebar yang berisi bale-bale terbuat dari bambu .Penerangan yang ada hamya menggunakan lampu minyak yang terbuat dari botol bekas obat yang tutupnya diberi sumbu kain untuk dinyalakan.Uwak dan adikku bayi tidur di bilik ,sedangkan aku ,kakaku dan Kadam anaknya Uwak Jembo tidur di bale-bale di ruang terbuka.Sungguh sangat menyedihkan ,awalnya aku dan kakakku tidak bisa tidur ,tetapi lama-lama menjadi terbiasa. Habis alasnya keras karena hanya bambu ,biasanya tidur sendiri-sendiri sekarang harus bertiga ,tempat tidurnya sempit hingga bergerak sedikit saja harus hati-hati kalau tidak yang ditepi pasti jatuh ke tanah. Selain itu aku sering kedinginan ketika malam-malam. Rumah Uwak berdinding “Gedeg” (pagar rumah terbuat dari anyaman bambu ) ,banyak lubang-lubang kecil sehingga angin menerobos masuk. Sedangkan atap rumahnya terbuat dari “Welit” ( atap rumah terbuat dari ilalang atau daun tebu ).Tak ada plafon maupun langit-langit sehingga angin masuk cukup besar bahkan sampai bisa memadamkan “Senthir”       ( lampu miyak terbuat dari botol bekas ).Belum lagi ditambah adikku yang masih bayi ,ia sering  menangis ,mungkin karena merasa tidurnya kurang nyaman atau mungkin kedinginan karena kainnya basah oleh pipisnya ,bisa juga karena haus terlalu lama tidak dibuatkan susu botol. Malam gelap mencekam ,dingin semilir angin ,sesekali diselani suara tangis bayi dan posisi tidur yang tidak nyaman sungguh membuat pikiran dan perasaanku terlalu kacau ,bingung bercampur sedih hingga aku hampir putus asa “mengapa dunia ini begitu kejam terhadap anak-anak manusia yang belum tahu dosa” .Harapan aku untuk melanjutkan sekolah hampir pupus , kira-kira 5 hari kemudian ,waktu itu hari minggu ,ayahku datang ,perasanku agak lega .Ayahku sudah tidak terlihat sedih ,namun entah bagaimana perasaan yang tersimpan tidak ada orang yang mengerti .”Endang  karo Bambang ngesuk senen mulai sekolah nang SD I Kanding ,aku nembe ngurus pindahe“ (Endang dan Bambang besok Senin mulai sekolah di SD I Kanding ,aku baru selesai mengurus kepindahannya). Aku menarik nafas lega ,bayangan-bayangan gelap masa depanku terhapus .Aku sangat gembira karena bisa sekolah lagi .