BAGIAN 3
Mencoba Untuk Bertahan
Hari-hari pertama aku hidup bersama Uwak Jembo terasa sangat panjang dan melelahkan .Akibat peristiwa yang menimpa keluargaku beberapa hari yang lalu, terpaksa aku dan kakakku tidak sekolah untuk beberapa hari sebab kepindahanku ke salah satu sekolah di desa Kanding belum ada yang mengurus,mungkin ayah belum sempat.Aktifitas harian yang biasa aku lakukanpun sangat jauh berbeda . Biasanya aktifitas pribadiku di rumah ,masih dibantu orang tua ,menyiapkan air untuk mandi , mencuci pakaian ,mengerjakan tugas PR dan keperluar lain ,selebihnya adalah bermain bersama teman-teman . Biasanya pekerjaan itu dikerjakan oleh ibu atau ayah atau kakakku .Maklumlah anak usia 9 tahun belum dapat mengurus semua keperluan dirinya . Sekarang kondisinya lain , aku beserta kakak dan adikku dititipkan kepada Uwak ,secara otomatis aku harus beradaptasi secara spontan dengan keluarga Uwak .Sekarang segalanya harus mengurus sendiri –sendiri ,mau bermain belum punya teman.Paling yang dapat dilakukan adalah membantu Uwak mengambil makan kambing di kebun belakang ,membersihkan lantai ,menyiapkan ranting-ranting kering untuk perapian tungkunya ,itupun hanya sebentar .Biasanya sebelum berangkat sekolah makan pagi sudah disiapkan .Namun sekarang di rumah Uwak pagi-pagi paling hanya ada singkong rebus atau goreng itu saja kalau kebetulan persediaan ada ,kalau tidak ya pagi tak ada apa-apa untuk dimakan. Tampaknya keluarga Uwak tidak biasa makan pagi ,atau mungkin memang tak ada yang untuk dimakan.Yang terasa yangat menyedihkan adalah malam hari .Rumah Uwak kecil biliknya hanya ada satu ,sisa ruang lain untuk dapur ,dan ruang lebar yang berisi bale-bale terbuat dari bambu .Penerangan yang ada hamya menggunakan lampu minyak yang terbuat dari botol bekas obat yang tutupnya diberi sumbu kain untuk dinyalakan.Uwak dan adikku bayi tidur di bilik ,sedangkan aku ,kakaku dan Kadam anaknya Uwak Jembo tidur di bale-bale di ruang terbuka.Sungguh sangat menyedihkan ,awalnya aku dan kakakku tidak bisa tidur ,tetapi lama-lama menjadi terbiasa. Habis alasnya keras karena hanya bambu ,biasanya tidur sendiri-sendiri sekarang harus bertiga ,tempat tidurnya sempit hingga bergerak sedikit saja harus hati-hati kalau tidak yang ditepi pasti jatuh ke tanah. Selain itu aku sering kedinginan ketika malam-malam. Rumah Uwak berdinding “Gedeg” (pagar rumah terbuat dari anyaman bambu ) ,banyak lubang-lubang kecil sehingga angin menerobos masuk. Sedangkan atap rumahnya terbuat dari “Welit” ( atap rumah terbuat dari ilalang atau daun tebu ).Tak ada plafon maupun langit-langit sehingga angin masuk cukup besar bahkan sampai bisa memadamkan “Senthir” ( lampu miyak terbuat dari botol bekas ).Belum lagi ditambah adikku yang masih bayi ,ia sering menangis ,mungkin karena merasa tidurnya kurang nyaman atau mungkin kedinginan karena kainnya basah oleh pipisnya ,bisa juga karena haus terlalu lama tidak dibuatkan susu botol. Malam gelap mencekam ,dingin semilir angin ,sesekali diselani suara tangis bayi dan posisi tidur yang tidak nyaman sungguh membuat pikiran dan perasaanku terlalu kacau ,bingung bercampur sedih hingga aku hampir putus asa “mengapa dunia ini begitu kejam terhadap anak-anak manusia yang belum tahu dosa” .Harapan aku untuk melanjutkan sekolah hampir pupus , kira-kira 5 hari kemudian ,waktu itu hari minggu ,ayahku datang ,perasanku agak lega .Ayahku sudah tidak terlihat sedih ,namun entah bagaimana perasaan yang tersimpan tidak ada orang yang mengerti .”Endang karo Bambang ngesuk senen mulai sekolah nang SD I Kanding ,aku nembe ngurus pindahe“ (Endang dan Bambang besok Senin mulai sekolah di SD I Kanding ,aku baru selesai mengurus kepindahannya). Aku menarik nafas lega ,bayangan-bayangan gelap masa depanku terhapus .Aku sangat gembira karena bisa sekolah lagi .
Aku menjalani hidup dilingkungan baru ,dan berusaha menyesuaikan dengan apa-apa yang sebelumnya belum pernah aku kerjakan .Di sekolah aku berusaha untuk menyesuaikan dengan teman-teman baru di kelasku yang baru .Sepulang sekolah aku harus belajar membantu Kang Kadam mengambil rumput , mencari ranting –ranting untuk kayu bakar.Jika hari minggu aku membantu mencari ilalang dan daun tebu kering untuk membuat “Welit”.Rutinitas itu aku kerjakan setelah pulang sekolah sejak aku kelas 4 SD hingga aku lulus SMP pada tahun 1976 .Perjalanan hidupku selama itu telah membentuk jiwa dan pribadiku untuk mengerti hidup dengan berbagai kepahitan dan kepedihan yang sebenarnya belum saatnya untuk dialami aku ,kakaku dan adikku ,masih terlalu dini anak seusiaku untuk mengerti realita hidup dengan berbagai permasalahannya .
Perjalanan hidup , nasib ,rizki ,memang kita tidak dapat menduga sebelumnya .Tidak seperti cuaca atau musim di mana orang-orang pinter dapat memperkirakannya. Kalau kemarin, dulu , aku hidup dalam kasih sayang keluarga begitu harmonis ,hari-hari diwarnai dengan canda ria saling perhatian dan tidak terlalu kekurangan .Namun berawal dari meninggalnya ibuku setelah melahirkan adikku keadaan berubah sebaliknya ,bagaikan bumi dengan langit.Sekarang semua keperluanku harus mengurusnya sendiri ,pola makan sangat tidak teratur karena memang kadang-kadang telat dan tak ada yang dimakan.Sama sekali tidak ada kesempatan bermain dengan teman-teman karena pada umumnya mereka sama dengan keadaanku ,keluarga tidak mampu. Rata-rata teman sekolahku sepulang sekolah harus membantu orang tua ,mengambil air , mencari makan kambing , mencari ranting kering untuk kayu bakar , dan malamnya tidur karena sudah capai .Tak ada televisi dan tak belajar ,kecuali kalau ada PR .
Sejalan dengan kenyataan apa yang terjadi pada keluargaku , besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perangai ,perilaku dan juga kemampuan berpikir .Aku yang semula serba ingin tahu dan tidak segan-segan bertanya kepada siapa saja kalau ada yang dinginkan , sekarang lebih banyak diam dan murung. Kakakku yang semula periang , rajin belajar dan mengaji serta badannya segar dan gemuk ,sekarang menjadi kurus kering ,lebih banyak murung dan sering tidak berangkat mengaji.Tak ubahnya prestasi belajarku dan kakakku di sekolah sangat menurun ,mungkin juga disebabkan karena sering tidak masuk karena sakit.
Sekarang kami benar-benar harus hidup sendiri ,berinisiatif sendiri ,mengerjakan apapun sendiri .Sama sekali tidak ada perhatian dari orang lain .Ayah sejak kepindahanku ke Kanding Beliau lebih sibuk sendiri .Disamping tempat tugasnya yang pindah dan jauh dari tempat tinggal Uwak Jembo . Ayah pidah tugas ke SD I desa Klinting .Kecamatan Somagede ,yang jarak tempuh dengan berjalan kaki hingga 3-4 jam.Sehingga berangkat dini hari dan pulangnya sudah sore ,praktis tidak ada waktu untuk member perhatian kepada aku dan kakakku.Sementara Wak Jembo sama sekali tidak ada perhatian ,karena memang tidak tahu bagaimana member perhatian kepada anak-anak ,tidak belajar,tidak mengaji ,tidak sekolah sama sekali tidak pernah ada teguran. Tahunya Uwak Jembo kalau di dapur tidak ada air bersih,tidak ada ranting kering untuk kayu bakar ,dan kambing mengembik terus karena lapar baru ia marah-marah. Sementara Kang kadam hanya terpaut beberapa tahun usianya dengan kakakku ,ia baru lulus SD dua tahun yang lalu. Jadi masih belum bisa memberi perhatian kepada kami .Ia sudah capai dengan bekerja mencari uang untuk membantu ibunya agar setiap hari tetap bisa makan. Biaya hidup yang diberikan ayahku belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari .Berapa sih gaji seorang guru SD golongan II.b waktu itu ,masih sangat kecil lagi pula kesulitan ekonomi masyarakat waktu itu menyebabkan harga kebutuhan pokok cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar