Bagian 4
Mengejar Mimpi –mimpi
Matahari mulai rendah ,warna kemerahan mulai tampak menghiasi langit ufuk barat,
para buruh tetanggaku mulai pulang
mangadu nasib demi mencukupi tuntutan hidup harian mereka. Dari hari ke hari
yang aku lihat suasana yang sangat menjemukan .Keluh kesah dari orang-orang dan
sanak kerabat yang hidupnya dimampat penat ,membanting tulang dan memeras
keringat dengan pemikiran yang sangat sederhana yaitu dapat mencukupi makan
hari ini ,yang penting ada yang di makan dan anak-anak tidak merengek itu saja
sudah merasa cukup hidupnya .Sungguh sederhana pemikiran mereka .Tak pernah
terlintas di benaknya hidup lebih baik ,bisa makan hari ini dan berpakaian walaupun hanya mampu beli setahun sekali
ketika menjelang hari Raya Idhul Fitri .Tidak ada niat menyekolahkan
anak-anaknya karena merasa turun temurun dari keluarga biasa ,tak ada yang
berpendidikan tinggi ,tak ada yang jadi pegawai dan alasan yang paling kuat
adalah karena belum ada kesadaran bersekolah ,karena menurutnya itu hanya
haknya orang pintar dan kaya saja .
Tak terasa waktu
berjalan begitu cepat ,suasana gelap pun mulai memudarkan penglihatan , suara
adzan telah terdengan beberapa menit yang lalu . Aku masih asik menatap warna
kemerahan di ujung barat yang sangat indah seindah lamunanku membayangkan
andaikan aku dilahirkan dari rahim keluarga kaya. Pasti aku sekarang sedang berkumpul
dengan keluarga untuk menjalankan ibadah berjamaah ,duduk-duduk di ruang tengah
yang terang dan bersih ,dihiasi cahaya listrik ratusan watt serta bersama-sama
menonton hiburan televisi yang cukup besar ukurannya sambil duduk- duduk
bersantai di sofa dan di meja terhidang minuman dan makanan yang enak-enak
,alangkah bahagianya hidup seperti itu .